Selasa, 08 Januari 2008

Terjaga Dalam Kematian

Terjaga Dalam Kematian
Seorang pria tampak terkapar tiada berdaya di jalan raya dengan kepala bersimbah darah. Kelihatannya baru saja terjadi kecelakaan yang korbannya adalah seorang pia tadi. Dan, tampaknya kepalanya terbentur ke aspal jalan raya terlebih dahulu sebelum pria itu terkapar tiada berdaya. Karena itu pulalah, darah segar bercucuran dari kepalanya yang membasahi aspal jalan raya TKP. Sekonyong-konyong massa yang menyaksikan kejadian itu langsung berlari berhamburan ke arah TKP, mengerumuni si korban yang telah terkapar dengan kepala bersimbah darah.
“astaghfirullahaladzim….!! Korban langsung seketika meninggal!” teriak salah satu dari mereka.
“innalillahi wa inna ilaihi rajiun…”
***
Di tengah padang pasir tandus nan luas itu, seorang lelaki dengan wajah pucat tampak berjalan pelan, sesekali tubuhnya sekonyong-konyong jatuh, lalu dengan sisa-sisa tenaganya dia bangkit kembali, melanjutkan langkahnya.
Tidak ada siapa-siapa di padang pasir tandus itu, yang terlihat hanyalah seorang lelaki yang sedang berjalan dengan langkah kaki berat, mungkin mulutnya sudah sangat kehausan sekali, sementara dirinya sama sekali tidaklah membawa bekal makanan dan minuman satu pun. Entah sebenarnya hendak pergi kemana lelaki itu berjalan melewati padang pasir tandus nan luas, dibawah panas terik matahari pula pun harus menahan hembusan angin padang pasir yang begitu kuat. Sesekali lelaki itu tampak tersenyum, lalu seperti baru saja menemukan semangat baru, dia sedikit memaksakan diri untuk berlari ke arah depan, tampaknya pandangan matanya menemukan sesuatu yang dia cari di depan sana.
Lelaki itu berlutut lemas, lalu berujar lirih,”ah, bukan air ternyata. Cuma fatamorgana.”
Lelaki itu kembali bangkit berdiri dengan sisa-sisa tenaganya, dan dengan langkah berat dan gontai kembali melanjutkan perjalanannya.
Beberapa saat kemudian, bibirnya kembali tampak menyunggingkan senyuman. Lalu, seperti baru saja menemukan spirit baru, dia sedikit memaksakan diri untuk berlari ke arah depan, tampaknya pandangan matanya menemukan sesuatu yang dia cari di depan sana.
Kembali, lelaki itu berlutut lemas, lalu berujar lirih,”ah, bukan air juga ternyata. Cuma fatamorgana saja.”
Lelaki itu kembali hendak bangkit berdiri, namun sekonyong-konyong tubuhnya roboh, lemas karena kehausan. Sepertinya tak sanggup lagi dia untuk sekedar bangkit berdiri. Namun, tiba-tiba bibirnya yang kering menyunggingkan senyum sumringah ketika pandangan matanya menemukan sesuatu yang dia cari di depan sana.
Dengan sisa-sisa tenaga dan dengan sedikit memaksakan diri, lelaki itu kembali bangkit. Dan, dengan langkah gontai dan terasa sangat berat sekali, dia berjalan ke arah depan.
Namun, lelaki itu lagi-lagi tampak kecewa sekali, sangat kecewa sekali. Lalu, berlutut lemas, dan berujar lirih,”ah, fatamorgana lagi, fatamorgana lagi.” Dan, sesaat kemudian, seketika tubuh lelaki itu roboh di atas padang pasir dengan posisi menelungkup. Lelaki itu pingsan disana.
Angin di padang pasir nan tandus itu semakin kencang bertiup, menerbangkan pasir-pasirnya, hingga tubuh lelaki yang sedang pingsan itu hampir seluruhnya tertutup pasir, kecuali kepalanya.
Dan, entah kapan dan darimana datangnya seorang tua itu, tiba-tiba saja dia sudah berada disamping lelaki yang sedang pingsan itu. Seorang tua itu duduk tepat disamping kepala lelaki itu yang tidak tertutup pasir. Dan pula, tampaknya seorang tua itu membawa bekal air yang lebih dari cukup.
“aaahhhhh….! Segarnya air ini. Nikmat sekali minum air dingin segar di tengah-tengah panasnya udara padang pasir luas nan tandus ini.” Ucap seorang tua itu, bibirnya terdengar menimbulkan suara mengecap-ngecap, kelihatannya seorang tua itu benar-benar menikmati setiap tegukan air dingin segar yang dia minum. Lalu, seorang tua itu mengeluarkan sedikit air dari botol ke telapak tangan kanannya dan menyipratkannya ke muka lelaki yang sedang pingsan di sampingnya itu.
Mendapat cipratan air dimuka, lelaki itu siuman dari pingsannya. Seketika pandangan matanya yang masih antara kabur dan jelas menangkap sosok seorang tua yang duduk di sampingnya itu. Lelaki itu hendak menggunakan tangannya untuk mengucek-ucek pandangan matanya yang masih kabur. Namun, dia merasakan ada sesuatu yang berat yang menahan tangannya, tangannya serasa seperti kesemutan, mungkin karena sedari tadi seluruh tubuhnya kecuali kepalanya tertutup pasir. Dan, lelaki itu baru menyadarinya ketika dia menoleh memandangi seluruh tubuhnya yang terpendam pasir itu. Melihat keadaan seluruh tubuhnya yang terpendam pasir itu, membuat dirinya kembali lemas. Namun, seketika kedua bola matanya tampak berbinar-binar ketika melihat seorang tua itu sedang menikmati tegukan air dingin segar yang ada di genggaman tangannya.
“Pak Tua, aku sangat haus sekali. Maukah kau memberiku sedikit saja dari air minummu itu?”
Pak tua itu menoleh ke arahnya, mengernyitkan dahi,”oh, kau sudah siuman rupanya.”
“Pak Tua, aku sangat haus sekali.”
Seorang tua itu diam saja.
“Pak Tua, aku sangat haus sekali.”
“kenapa kau berada disini? Apa yang sedang kau lakukan disini?” tanya seorang tua itu tanpa memberikan air minummu setetespun.
“a..a..aku sungguh tidak tahu kenapa aku berada disini. Aku merasa tiba-tiba saja sudah berada di tengah-tengah padang pasir luas nan tandus ini. Lalu, aku pingsan karena kehausan. Aku hanya ingat itu saja. Tolong, Pak Tua, berikan aku sedikit saja dari air minummu itu.”
“aku sudah memberimu tadi. Kau siuman karena ku cipratkan sedikit air ke wajahmu.”
“kalau begitu, berikan aku sedikit lagi saja, aku haus sekali, aku ingin minum.”
“ah, dasar manusia! Selalu saja tidak merasa puas! Kalaupun aku berikan kau sedikit air lagi, kau pasti akan minta sedikit lagi, terus dan terus begitu. Manusia memang tidak bisa mengontrol nafsunya.”
“tapi, aku janji, Pak Tua, aku tid….”
“cukup!” seorang tua itu tiba-tiba memotong ucapan lelaki itu,”kau tak perlu berjanji. Karena aku tidaklah percaya dengan janji manusia. Manusia bisanya hanya berjanji dan berjanji tanpa bisa menepati.”
Lelaki itu naik pitam,”kau juga sama saja, Pak Tua! Kau pun tidak bisa mengontrol egomu! Kau tega sekali melihat orang lain kehausan dengan seluruh tubuh terpendam pasir di sampingmu. Kau sama saja dengan manusia-manusia kaya raya itu yang tidak mau berbagi dengan kaum fakir miskin!”
“tidak!”bentak seorang tua itu,”aku tidak sama dengan mereka!”
“apanya yang tidak sama, Pak Tua?! Kau sama-sama manusia. Kau sama-sama tega membiarkanku kehausan disampingmu sementara kau memiliki bekal air minum yang lebih dari cukup! Lalu apa bedanya, Pak Tua?!!”
“aku bukan manusia.”jawab seorang tua itu pelan,”aku malaikat yang menampakkan diri sebagai seorang tua di hadapanmu. Aku malaikat israil yang seharusnya segera mencabut nyawamu.”
Mendengar itu, lelaki itu tiba-tiba merindingnya setengah mati, diliputi ketakutan yang sangat sekali ia, keringat dingin pun bercucuran dari seluruh wajahnya, dan wajahnya yang sudah pucat semakin tampak pucat.
“Bah! Kau penakut rupanya! Hah, pecundang macam kau ini, sejak kapan kau punya rasa takut mati?”
Lelaki itu diam saja, masih saja dia diliputi ketakutan yang sangat, yang membuatnya tidak kuasa untuk berbicara sepatah kata pun.
“sudah lima tahun ini kau tidak pernah shalat! Dan, ku lihat selama lima tahun itu, kau sama sekali tidak takut dengan siksa Tuhan. Tapi, kenapa sekarang kau ketakutan setengah mati dihadapanku? Hah, manusia memang pecundang semua!”
Lelaki itu diam saja tak bisa berkata apa-apa, di padang pasir tandus panas itu, giginya menggelutuk merinding kedinginan, kedinginan yang timbul dari rasa ketakutan yang sangat, ketakutan akan kematian, ketakutan akan malaikat israil yang sudah ada di depan mata kepalanya.
“sebenarnya aku sudah tidak sabar lagi untuk mencabut nyawamu segera, mencabutnya dengan kasar, karena aku paling benci melihat orang yang tidak shalat tanpa ada perasaan berdosa sama sekali. Tapi, aku tidak bisa membantah Tuhan yang memerintahkan aku untuk kembali mengirimmu ke dunia. Tuhan masih berbaik hati untuk memberikanmu kesempatan kedua. Aku tahu kau sudah lima tahun ini tidak pernah shalat. Tapi aku heran, apa sebenarnya yang telah kau lakukan hingga Tuhan berkenan untuk memberikan kesempatan kedua buatmu?”
Dan, entah kekuatan darimana yang membuat lelaki itu tiba-tiba bisa berbicara menjawab pertanyaan seorang tua yang ternyata malaikat israil itu.
“aku sadar memang, aku sudah tidak pernah shalat selama lima tahun ini. Semua itu aku lakukan karena aku kecewa. Aku kecewa dengan para da’i yang bisanya cuma ceramah saja tanpa mau langsung turun tangan langsung ke lapangan. Aku kecewa dengan para da’i sekarang yang menjadikan dakwah sebagai ladang bisnis untuk mencari uang dan mencuatkan nama. Kalau sudah punya nama, mereka merambah dunia tarik suara, dunia akting, dunia tulis menulis meskipun suaranya pas-pasan saja, meskipun aktingnya tidaklah bagus, meskipun karya tulisnya asal-asalan saja. Tapi, aku tidaklah setolol dan sebodoh itu. Aku tidak mau munafik, aku memang tidak shalat karena aku kecewa. Tapi, aku ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dimana saja aku tinggal. Aku ingin meraih ridho Tuhan dengan berkasih sayang kepada sesama tanpa membeda-bedakan. Aku mengganti semua ibadah ritualku selama lima tahun ini dengan ibadah sosial.” Ucap lelaki itu, air matanya tak terasa membasahi kedua pipinya.
“aku tahu kau sebenarnya berhati baik, karena itu Tuhan hendak memberikan kesempatan kedua kepadamu. Dan, kau harus berubah. Kau harus seimbang antara ibadah ritual dan ibadah sosial. Shalat adalah sarana bagi manusia untuk menghadap dan merendahkan dirinya di hadapan Tuhan. Seimbangkanlah jiwamu. Sekarang, kau kembalilah lagi ke duniamu dan lakukanlah resolusi atas apa yang telah kau lakukan selama lima tahun ini.” Kata seorang tua itu sembari meminumkan air dingin segar kepada lelaki itu.
Setelah meminum air itu, lelaki itu kembali merasa segar bugar, dan tanpa kesulitan bisa beranjak bangkit berdiri, melepaskan tubuhnya yang sedari tadi terpendam pasir. Tapi keanehan terjadi, seketika seorang tua itu lenyap begitu saja sekejapan mata, dan lelaki itu kini tidak lagi sedang berada di padang pasir luas nan tandus, melainkan dia sedang berdiri di dalam lubang kubur dengan tubuh dililit kain kafan. Dia baru saja bangkit dari kubur ketika para pengubur itu sedang hendak menguburkan jasadnya. Sekilas, dia hanya tersenyum menyaksikan orang-orang yang berlari tunggang langgang ketakutan melihat dia bangkit dari kubur. Lelaki itu baru ingat sekarang. Dia tadi mengalami kecelakaan di jalan raya yang merenggut jiwanya. Namun, Tuhan masih berbaik hati untuk memberikan kesempatan kedua buatnya. Karena itulah, dia bersumpah demi Tuhan yang telah membangkitkannya kembali, bahwa mulai detik ini dia akan menyeimbangkan ibadahnya, ibadah vertikal (baca : sholat) dan ibadah horizontal (baca : ibadah sosial).

Tidak ada komentar: